Dalam kehidupan pribadi, organisasi, maupun satuan masyarakat yang lebih luas (misalnya kabupaten/kota, provinsi, atau negara), situasi yang kita hadapi dapat kita sederhanakan menjadi tiga.
Satuan-satuan masyarakat tersebut layak menyatakan dirinya ber-ketahanan (resilience) manakala mereka dapat menghadapi tiga situasi berikut dengan baik:
1. Situasi pertama adalah KEPASTIAN, yaitu berbagai rutinitas menyikapi alam semesta yang juga rutin. Bangun pagi, berangkat ke kantor/sekolah, utilitas harian (listrik, air, gas) dan berbagai kebutuhan rutin lainnya. Kota ber-ketahanan (resilience) sebagai contohnya, harusnya bisa memberikan kepada warganya sebuah kepastian: “bayar atau penuhi syarat, kalian pasti dapat” Transportasi tepat waktu, Gak ada isu stok kosong untuk utilitas.
Lebaran, bisa dihitung kok. Begitu juga menyikapi musim penghujan dan kemarau, bisa dihitung. Banjir, secara teori harusnya gak boleh ada lagi setelah setiap tahun selama bertahun-tahun kita mengalaminya. Jargon untuk situasi pertama ini adalah Reliable. Nah, kayaknya kita masih berkutat di level ini khan? . jadi males bahas situasi berikutnya – setelah di situasi pertama saja langsung terkapar. OK, lanjut dulu ya untuk komplitnya rangkuman resilience.
2. Situasi kedua adalah RISIKO, yang menyangkut hal-hal yang mungkin bisa saja terjadi. Bisa dihitung dampaknya, bisa diperkirakan berapa persen kemungkinan terjadinya. Contoh klasik adalah kecelakaan atau kebakaran yang karena sudah dapat dibayangkan kejadiaannya maka tindakan pencegahan dan perlindungan bisa dikampanyekan untuk membangun kesadaran dan kesiapan.
Begitu pula peralatan yang tepat dan tim yang terlatih dengan ketrampilan spesifik bisa dipersiapkan untuk menanganinya manakala terjadi. Jargon untuk situasi kedua ini adalah Prevent, protect, and prepare.
3. Situasi ketiga adalah KETIDAKPASTIAN, yang gak ketebak di awal (surprised), gak tahu juga judulnya apa – tapi pastinya kalau sampai menimpa kita, maka kelangsungan hidup kita taruhannya. Oleh karenanya, kalau mau disebut ber-ketahanan (resilience), maka tetep harus disiapkan tindakan fleksibel sesuai kejutan yang muncul tak terduga, upaya cepat untuk memulihkan keadaan, dan pembelajaran agar tidak terulang. Jargon untuk situasi ketiga ini adalah Respond, recover, and review.
Semoga tercerahkan.
(26/5/2017 – Bimam)
Leave a Reply